Berita ekonomi hari ini, Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Produktivitas dan Daya Saing, Yulius membeberkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi UKM untuk melangkah ke pasar ekspor.
Adapun beberapa kendala tersebut antara lain pengetahuan yang minim tentang selera pasar (market intelligence) dan dokumen persyaratan di negara tujuan, kualitas produk yang tidak konsisten, kapasitas produksi yang terbatas dan kesinambungan produksi, serta tidak murahnya biaya sertifikasi, hingga kendala logistik.
Untuk informasi lebih lengkap, simak fakta – fakta menarik dibawah ini terkait beberapa kendala yang dihadapi UKM untuk melangkah ke pasar ekspor.
1. Kemenkop Akan Mendorong Lebih Banyak UKM Yang Siap Ekspor Tahun 2022
Lanjut Yulius, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor tahun 2022 ini. Antara lain dengan cara memfasilitasi sertifikat dukungan ekspor bagi UKM, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor, pameran berskala internasional, jadwal pengiriman container, dan kerjasama peningkatan ekspor yang lainnya.
Menurutnya, melalui sinergi kolaborasi dengan seluruh stakeholder, diharapkan akan meningkatnya kontribusi ekspor UMKM. Dia pun mengapresiasi diadakannya sekolah ekspor yang selama ini sudah berkontribusi banyak untuk turut serta dalam meningkatkan ekspor nasional, melalui pendidikan calon eksportir di Indonesia.
Yulius menilai sekolah ekspor dapat melahirkan semakin banyak eksportir baru dari generasi Milenial dan generasi Z untuk menciptakan wirausaha serta eksportir baru yang sangat dibutuhkan negara saat ini.
2. Transformasi Ekonomi Ke Industri 4.0 Mendorong Penggunaan Teknologi dan Digital
Yulius memaparkan bahwa para mahasiswa yang terlibat dalam program Kampus Merdeka dan melakukan magang atau studi independen melalui program Studi Independen Bersertifikat Menjadi Eksportir Baru 4.0 yang dilaksanakan di sekolah ekspor, diharapkan nantinya akan benar – benar menjadi wirausaha pelaku ekspor.
Bagi dia, transformasi ekonomi ke industri 4.0 tersebut mendorong penggunaan teknologi dan digital. Sehingga menyebabkan beralihnya pola konsumsi masyarakat ke daring (online) serta mengharuskan UKM Indonesia untuk beradaptasi secara khusus jika ingin menembus pasar ekspor dan bersaing dengan produk – produk dari luar negeri.
Sementara itu, Handito Joewono selaku Kepala Sekolah Ekspor mengatakan bahwa pihaknya mendapatkan dukungan dari Kemenkop UKM dan BNI Xpora dalam Penyelenggaraan Program Exhibition dan Business Matching juga peresmian Digital Export Summit 2022.
Program tersebut diharapkan bisa memberikan semangat awal ditahun 2022. Yulius berucap, adanya kegiatan – kegiatan tersebut diharapkan dapat mencetak dan mendorong eksportir – eksportir baru.
3. Melalui Sinergi Kolaborasi Dengan Seluruh Pemangku Kepentingan Diharapkan Kontribusi Ekspor UKM Meningkat
Yulius mengatakan bahwa pihaknya akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor ditahun 2022. Melalui sinergi kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), diharapkan akan meningkatnya kontribusi ekspor UMKM.
Selain itu, kolaborasi dengan perusahaan internasional Jerman juga yang beroperasi dalam bidang kerja sama pembangunan bernama Deutsche Gesellschaft Fur Internasionale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) melalui laman Small and Medium Enterprises Station (SMEsta) milik Kemenkop dan UKM. Kemudian, melalui portal ASEAN Access untuk mengakses informasi perdagangan dan pasar di tingkat Asia Tenggara, serta kerjasama dengan Swiss Import Promotion Programme (SIPPO) untuk pengembangan produk rempah.
Berdasarkan data, jumlah ekspor Indonesia meningkat selama triwulan II 2021 dengan nilai ekspor naik 22,71 % dibandingkan dengan triwulan III 2020 sebesar 17,24 %. Jumlah kontribusi ekspor UMKM pun naik dari 14,37 % pada tahun 2020 menjadi 15,69 persen ditahun 2021.